(maaf kalo pic ini malah mirip video klip lagu galau) |
Etjieeeeh.
Halo.
I’m back from the dead.
Maaf yak udah lama (banget!) nggak nyentuh blog ini *sambil
tersedu-sedu bersihin debu yang tebelnya udah lima kilometer*
Kemarin-kemarin, saya lagi fokus. Fokus nyari jodoh.
Oke. Long story short, postingan kali ini terinspirasi
setelah saya nontonin Mata Najwa edisi Jokowi vs Prabowo dan ngubek-ngubek
internet baca tulisan yang ngebahas soal dua manusia itu. Which is, isinya
lucu-unyu-munyu-bingit sampai bikin saya “bangkit dari kematian dan kembali menulis blog
ini” #tsah.
Tahun politik, menurut saya, membuat semua orang jadi lucu.
Semua orang, terutama para politikus, jadi mirip remaja galau.
Labil. Hari ini bilang A, eh besoknya ngomong B. Waktu masih pedekate, so sweet-nya luar biasa. Begitu nggak jadian, langsung nuduh PHP. Langsung nyari pelarian baru, terus jelek-jelekin mantan. Kasus lain, ada yang sengaja nggak milih. Sengaja HTS-an dan stay friendzone-an, supaya tetep pewe, memanfaatkan suasana agar nantinya nggak rugi apa-apa (ini nggak maksud nyindir partai biru yang masih belum menentukan koalisi itu loh ya #eh).
Semua orang, terutama para politikus, jadi mirip remaja galau.
Labil. Hari ini bilang A, eh besoknya ngomong B. Waktu masih pedekate, so sweet-nya luar biasa. Begitu nggak jadian, langsung nuduh PHP. Langsung nyari pelarian baru, terus jelek-jelekin mantan. Kasus lain, ada yang sengaja nggak milih. Sengaja HTS-an dan stay friendzone-an, supaya tetep pewe, memanfaatkan suasana agar nantinya nggak rugi apa-apa (ini nggak maksud nyindir partai biru yang masih belum menentukan koalisi itu loh ya #eh).
Hadeh. *geleng-geleng kepala* *kibas-kibas jilbab*
Apa jadinya negara ini kalo politikusnya aja hobinya galau
begitu.
Makanya, kalo rakyat Indonesia mau move on dan capek
terus-terusan di-PHP, stop deh ya pilih pemimpin yang kebanyakan modus #eaaa
#bukancurhatpribadi.
Anyway, ada hal lucu lain yang saya temukan. Setelah
tayangan Mata Najwa edisi 28 Mei kemarin, banyak yang komentar kalo tayangan
Mata Najwa berpihak.
Yaelah, broh.
Dari jaman kapan, emang Najwa selalu
berpihak di setiap tayangannya. Mungkin, selama ini, keberpihakan itu
tersembunyi di balik hidung mancungnya dan kredibilitasnya sebagai jurnalis
kelas kakap.
Still, saya tetap
suka mantengin Mata Najwa. Sebab, terlepas dari Metro TV itu miliknya oom
Paloh, menurut saya, prinsip “Jurnalis harus netral” juga sekadar mitos belaka.
Jurnalis pasti berpihak. Namun, jurnalis harus tetap independen. Ia bebas
menentukan kepada siapa ia akan berpihak. Ia sanggup mempertanggungjawabkan
keberpihakannya, karena ia berpihak berdasarkan fakta dan data-data yang ada.
Meski saya nggak tahu pasti apa alasan dibalik keberpihakan Najwa,
for me, Najwa selalu menampilkan keberpihakannya dengan gaya yang cerdas. Nggak
seperti yang lain, yang hanya mengandalkan emosi.
Lagian, jangan komentarin keberpihakannya TV One, Metro TV
atau MNC Group doang dong. Emangnya SCTV sama Trans Corp itu
nggak berpihak? Tempo? Kompas? Yakin, mereka 100% netral? Hanya karena pemilik
mereka nggak nyalonin diri di pesta demokrasi terbesar Indonesia, terus mereka
pasti nggak berpihak? Please, take a look deeply :))
Last but not least, kalo misalnya, saya ditanya saya milih
Jokowi atau Prabowo? Entahlah. Saya disuruh milih calon ayahnya anak-anak aja
susah, apalagi disuruh milih calon presiden Indonesia #uhuk #curcollagi. Yang
penting, meski masih belum bisa ngasih kepastian *ehem*, saya udah punya satu
kriteria utama dalam memilih pemimpin.
Buat saya, pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang ingat bahwa tanggung jawab yang ia emban bukan sekadar kepada orang-orang yang
ia pimpin, tetapi juga kepada Tuhan. Bukan berarti kudu adu kelihaian mengaji loh, ya *itu mah nggak membuktikan apa-apa*. Tapi, menurut saya, begitu seorang pemimpin mengingat Tuhan, ia pasti akan mempertimbangkan setiap keputusannya dengan
hati-hati. Dan kriteria itu pula yang akan saya terapkan dalam memilih pemimpin
rumah tangga nantinya *duh mal, please stop curcolnya*.
Udahan ah. Postingan kali ini bukan bermaksud menjadikan
Anda (kalo ada yang baca sih) gundah gulana. Postingan ini justru ingin memaniskan
suasana dan membuat Anda tertawa. Satu pesan saya, stop pilih pemimpin
kebanyakan modus. Jangan sampai yang modus diiyain, tapi yang tulus disia-siain :*
Kecup basah,
Amal, si Gajah Terindah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar