Jumat, 10 Agustus 2012

tata cara makan yang baik dan benar :3

sebenernya udah lama pengen mem-postingkan ini, tapi baru kesampean sekarang.
hahahah gausah memperpanjang muqoddimah, please enjoy my anthropology task at my first semester:

Amalia Nurul Muthmainnah
071115039

Etnografi Tata Cara Makan di Daerah dan Keluarga:
Apa yang Patut dan Tak Patut di Meja Makan

Hal apa yang terlintas di benak anda apabila anda mendengar kata ‘makan’?  Sebagian dari anda mungkin akan menjawab nasi, ada juga yang menjawab piring, sendok, warung, restoran atau spesial untuk para anak kos akan menjawab, “Hayo sing irit mangane, wis akhir bulan, kiriman durung teko.”
Makan, termasuk hal yang paling esensial dalam setiap kehidupan makhluk hidup. Kita semua butuh makanan untuk terus bertahan. Umumnya, kita –terutama bagi yang hidupnya berkecukupan– akan makan tiga kali dalam sehari, yakni makan pagi, makan siang dan makan malam. Terkecuali , (lagi-lagi) untuk para anak kos –terutama di tanggal tua– mungkin hanya akan makan sekali atau dua kali saja dalam sehari, sisanya cukuplah dikenyangkan dengan angin, lagu galau dan tugas-tugas dari dosen.
Di setiap kali kita makan, tentunya ada etika atau tata cara yang mengatur bagaimana cara makan yang baik dan beradab di meja makan. Saya, yang berasal dari Batam, dimana notabene merupakan suku melayu, dan menurut saya, tata cara makan dalam budaya Melayu tidaklah jauh berbeda dengan tata cara makan orang-orang Jawa, ataupun suku-suku lain yang ada di Indonesia.
Pertama, kita dilarang keras berdiri saat sedang menyantap makanan, selain hal ini tidak sopan, berdiri saat makan tidaklah baik untuk kesehatan. Lalu, apabila kita makan menggunakan tangan, makanlah menggunakan tangan kanan dan tentu janganlah lupa untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan. Dimana dalam budaya melayu, makan dengan menggunakan tangan sangatlah dianjurkan, karena selain mengikuti sunnah Rasulullah, makan dengan menggunakan tangan berdampak positif untuk kesehatan, sebab jari jemari manusia mengandung sejenis senyawa kimia yang akan memudahkan penyerapan makanan oleh tubuh. Hal penting lainnya, janganlah lupa untuk berdoa sebelum makan sebagai bentuk syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan saat makan, kunyahlah makanan dengan perlahan, janganlah makan dengan cara memamah biak seperti kerbau, dikunyah.. dikeluarkan.. dikunyah.. dikeluarkan. Jangan pula makan dengan tergesa-tergesa apalagi sambil berlari atau push-up karena akan menganggu ketenangan orang lain. Pada saat mulut sedang berisi makanan, janganlah berbicara, tertawa, bersiul, bernyanyi, berpidato apalagi berorasi, karena isi mulut akan terlihat oleh orang lain dan ini merupakan hal yang tidak sopan. Selesai makan, sendok dan garpu harus ditutup, mulut dilap, dan apabila menggunakan tangan, cucilah tangan kemudian dikeringkan menggunakan lap atau tisu, jangan mengelapkan tangan yang basah di baju apalagi di baju orang lain.
Di dalam keluarga saya sendiri, tidak ada aturan-aturan yang aneh atau spesial di meja makan. Mungkin yang bisa dikategorikan aturan khusus ialah ibu saya yang sangat melarang apabila saya mengecap –mengeluarkan suara , seperti suara “cap..cap..cap”(biasanya karena terlalu menikmati makanan)– saat makan, karena menurut beliau, hal tersebut tidak sopan dan menganggu ketenangan makan orang lain. Mengapa saya menganggap ini merupakan suatu aturan makan yang termasuk khusus? Karena jujur saja, saya masih sering mendengar suara “cap..cap..cap” saat sedang menyantap makanan bersama teman-teman saya.
Sekian mengenai tata cara makan yang berlaku di daerah dan keluarga saya.
Selamat makan. Itadakimasu. Guten appetite.

yup, itulah 'essay' etnografi tata cara makan yang aku kumpulin untuk tugas antropologi. hahahah walopun geje gitu, yang penting di KHS, dapet nilai A sob *kibas jilbab*


-amal-

3 komentar: