hahahah gausah memperpanjang muqoddimah, please enjoy my anthropology task at my first semester:
Amalia Nurul Muthmainnah
071115039
Etnografi Tata Cara Makan di Daerah
dan Keluarga:
Apa yang Patut dan Tak Patut di
Meja Makan
Hal
apa yang terlintas di benak anda apabila anda mendengar kata ‘makan’? Sebagian dari anda mungkin akan menjawab
nasi, ada juga yang menjawab piring, sendok, warung, restoran atau spesial
untuk para anak kos akan menjawab, “Hayo
sing irit mangane, wis akhir bulan, kiriman durung teko.”
Makan,
termasuk hal yang paling esensial dalam setiap kehidupan makhluk hidup. Kita
semua butuh makanan untuk terus bertahan. Umumnya, kita –terutama bagi yang
hidupnya berkecukupan– akan makan tiga kali dalam sehari, yakni makan pagi,
makan siang dan makan malam. Terkecuali , (lagi-lagi) untuk para anak kos
–terutama di tanggal tua– mungkin hanya akan makan sekali atau dua kali saja
dalam sehari, sisanya cukuplah dikenyangkan dengan angin, lagu galau dan tugas-tugas dari
dosen.
Di
setiap kali kita makan, tentunya ada etika atau tata cara yang mengatur
bagaimana cara makan yang baik dan beradab di meja makan. Saya, yang berasal
dari Batam, dimana notabene merupakan suku melayu, dan menurut saya, tata cara
makan dalam budaya Melayu tidaklah jauh berbeda dengan tata cara makan
orang-orang Jawa, ataupun suku-suku lain yang ada di Indonesia.
Pertama,
kita dilarang keras berdiri saat sedang menyantap makanan, selain hal ini tidak
sopan, berdiri saat makan tidaklah baik untuk kesehatan. Lalu, apabila kita
makan menggunakan tangan, makanlah menggunakan tangan kanan dan tentu janganlah
lupa untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan. Dimana dalam budaya
melayu, makan dengan menggunakan tangan sangatlah dianjurkan, karena selain
mengikuti sunnah Rasulullah, makan dengan menggunakan tangan berdampak positif
untuk kesehatan, sebab jari jemari manusia mengandung sejenis senyawa kimia
yang akan memudahkan penyerapan makanan oleh tubuh. Hal penting lainnya,
janganlah lupa untuk berdoa sebelum makan sebagai bentuk syukur kita kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dan saat makan, kunyahlah makanan dengan perlahan,
janganlah makan dengan cara memamah biak seperti kerbau, dikunyah.. dikeluarkan..
dikunyah.. dikeluarkan. Jangan pula makan dengan tergesa-tergesa apalagi sambil
berlari atau push-up karena akan menganggu ketenangan orang lain. Pada saat
mulut sedang berisi makanan, janganlah berbicara, tertawa, bersiul, bernyanyi, berpidato
apalagi berorasi, karena isi mulut akan terlihat oleh orang lain dan ini
merupakan hal yang tidak sopan. Selesai makan, sendok dan garpu harus ditutup,
mulut dilap, dan apabila menggunakan tangan, cucilah tangan kemudian dikeringkan
menggunakan lap atau tisu, jangan mengelapkan tangan yang basah di baju apalagi
di baju orang lain.
Di
dalam keluarga saya sendiri, tidak ada aturan-aturan yang aneh atau spesial di
meja makan. Mungkin yang bisa dikategorikan aturan khusus ialah ibu saya yang sangat
melarang apabila saya mengecap –mengeluarkan suara , seperti suara “cap..cap..cap”(biasanya karena terlalu
menikmati makanan)– saat makan, karena menurut beliau, hal tersebut tidak sopan
dan menganggu ketenangan makan orang lain. Mengapa saya menganggap ini
merupakan suatu aturan makan yang termasuk khusus? Karena jujur saja, saya
masih sering mendengar suara “cap..cap..cap”
saat sedang menyantap makanan bersama teman-teman saya.
Sekian
mengenai tata cara makan yang berlaku di daerah dan keluarga saya.
Selamat
makan. Itadakimasu. Guten appetite.
yup, itulah 'essay' etnografi tata cara makan yang aku kumpulin untuk tugas antropologi. hahahah walopun geje gitu, yang penting di KHS, dapet nilai A sob *kibas jilbab*
-amal-
artikel yang sangat berguna buat saya pelajari
BalasHapussenang bisa membantu :)
HapusTerima kasih banyak, sangat membantu !!!
BalasHapus